“Sesungguhnya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah, hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak
takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk
orang-orang yang mendapat petunjuk“ (Q.S. Attaubah:18)
Sebagai tempat ibadah yang
utama, masjid selama ini memang telah menebar nilai-nilai Islam yang rahmatan
lil’alamiin yang sampaikan kepada jemaah masjid melalui mihrab jumat, majelis taklim,
maupun kegiatan keagamaan lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat membimbing dan
menguatkan jemaah menjadi pribadi-pribadi yang shalih yang berakhlak mulia,
bermoral dan bermartabat.
Masjid di lingkungan kita
pada umumnya hanya digunakan pada waktu salat dan mengaji, di luar waktu
tersebut sudah lazim masjid akan kosong dan bahkan tertutup untuk umum dengan
alasan untuk menjaga keamanan dan kebersihan. Belum banyak masjid yang
berorientasi pengembangan potensi umat secara luas.
Namun pemandangan berbeda
bisa kita lihat pada setiap momen Ramadan. Masjid begitu nampak cerah dan padat
aktivitas ibadah di dalamnya. Tidak hanya kegiatan shalat lima waktu yang ramai.
Kegiatan kultum, buka puasa bersama dan bahkan qiyamul lail pada saat waktu
sahur juga diikuti oleh jamaah yang banyak.
Saat Ramadan tiba, di masjid
juga banyak kita temui anak-anak kecil. Mereka dibawa oleh orang tuanya untuk
dikenalkan langsung bagaiamana menjalankan ibadah shalat berjamaah. Dan ini
selaras dengan masjid zaman Nabi. Nabi tidak pernah melarang anak-anak kecil
masuk masjid.
Rasulullah Saw menempatkan
masjid sebagai tempat yang ramah terhadap anak (children friendly). Hal ini
dapat kita lihat dalam hadis Nasa‟i dan
Hakim, yaitu pada saat Rasulullah Saw mengimami salat dan meletakkan cucunya di
sampingnya. Ketika itu sujud Nabi cukup lama yang disebabkan sang cucu sedang
menunggangi punggung belakang nabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar