Allah
Mahatahu tentang semua yang kita kerjakan. Jangankan yang zahir, apa yang
terlintas dalam angan-angan pun Allah tahu. Itulah mengapa orang puasa menjaga
puasanya karena dia yakin selalu dalam pengawasan-Nya. Jadi, meski tidak ada
orang yang melihat tetap saja ia tidak akan minum dan makan ketika sedang
puasa.
Ada
sebuah cerita (dikutip dari media NU Online) yang menggambarkan bahwa orang
beriman akan selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga ia tidak mungkin berbuat yang
dilarang oleh-Nya. Alkisah, ada seorang pemuda saleh namanya Ibrahim yang sangat
disayangi oleh gurunya. Karena kecintaan gurunya begitu nampak, murid yang lain
menjadi cemburu dan tidak senang.
Sebagai
seorang guru tasawuf Syekh Atho' ternyata menyadari hal itu. Namun, ia pun juga
tak ingin menimbulkan perselisihan dengan menjelaskan secara panjang lebar
kelebihan Ibrahim dibanding teman seperjuangannya itu. Takut jikalau itu malah
tidak objektif dan terlalu dilebih-lebihkan. Yang justru, nantinya malah akan
meningkatkan rasa kecemburuan di antara mereka, para muridnya.
Akhirnya,
Syekh Atho' pun memiliki cara yang lebih elegan. Dipanggilnya ketujuh muridnya
untuk diberi tugas. Ia berkata kepada murid-muridnya, "Wahai
anak-anakku. Sembelihlah ayam ini, namun jangan sampai ada siapa pun yang
mengetahuinya. Siapa pun ia," perintah Syekh Atho' tegas. Setelah
kesemuanya menerima ayam dan sebilah pisau, ketujuh muridnya lalu dipersilakan
untuk mencari tempat sesuka mereka.
Tanpa
pikir panjang dan tunggu lama, murid-murid itu pun bergegas mencari lokasi yang
tepat, yang tersembunyi, yang menurut mereka tidak akan terlihat oleh siapa
pun. Tak selang beberapa lama, satu per satu murid Syekh Atho' pun kembali
dengan membawa ayam yang telah terpotong lehernya. Tetapi, setelah sekian lama,
ada salah satu murid Syekh Atho' yang tak kunjung kembali. Ya, ia adalah
Ibrahim, murid kesayangannya.
Ternyata,
beberapa saat kemudian Ibrahim kembali dengan ayam yang masih hidup. Tanpa
pisau yang berdarah, dan ayam yang masih juga bersih. Syekh Atho' pun dengan
bangga lantas bertanya, "Wahai Ibrahim, mengapa ayammu masih hidup?
Bukankah aku perintahkanmu untuk menyembelihnya?" "Maaf sang guru,
bukannya saya hendak melawan perintah Anda. Namun, saya benar-benar tak bisa
menyembelih ayam ini tanpa diketahui siapa pun. Bagaimanpun Allah akan tetap
melihat apa yang saya kerjakan," jawab Ibrahim dengan lugunya.
Sontak,
seluruh temannya tertunduk malu. Bagaimana mereka begitu yakin, jika tidak ada
siapa pun yang melihat perlaku mereka. Padahal sang guru telah mendidik hatinya
sedemikian rupa, agar mereka selalu menancapkan Allah dalam relung
sanubari. Lewat kejadian itu pun, para murid akhirnya sadar mengapa sang
guru begitu sayang terhadap Ibrahim.
Selamat
menjalankan ibadah puasa, semoga kita selalu merasa diawasi-Nya sehingga
berupaya menjalani semua ibadah dengan rasa mahabbah agar senantiasa mendapat
rida-Nya. Amin
Subahanallah itulah taqwa yang sebenarnya
BalasHapusTerima kasih Bu Eti
BalasHapus