Minggu, 29 Juni 2025

Negeri yang Berdaulat



Kok bisa ya. Iran, negara yang kena sanksi internasional (khususnya Amerika) bertahun-tahun tiba-tiba dengan gagah berani menetang Israel dan Amerika. Tak hanya gertak sambal, Iran benar-benar membombardir Israel dengan ratusan rudal.

Iran menjadi negeri yang kuat dan berdaulat karena rakyatnya selalu hidup dalam tekanan dan ancaman. Sebagai negara yang dimusuhi Amerika dan sekutunya, Iran justru bangkit dengan segala potensi yang mereka miliki.

Ancaman, tekanan, sanksi ekonomi atau apapun itu tidak menjadikan Iran melemah. Buktinya mereka masih bertahan dan mampu mengembangkan teknologi persenjataan yang canggih.

Lalu bagaimana dengan negeri kita?. Negeri yang aman, batu bara punya, emas, hasil laut juga melimpah. Tanah subur, segala tanaman bisa tumbuh. Koes Plus menggambarkan betapa kaya alam kita, katanya tanah negeri kita tanah sorga, tongkat dan batu dilempar jadi tanaman.

Kurang apa lagi Tuhan menganugerahkan nikmat pada bangsa kita. Yang di dalam tanah adalah kekayaan, begitu pula apa yang tumbuh di atasnya. Faktanya alam kita memang kaya, tapi mengapa masih banyak rakyat kita yang hidup dalam kemiskinan.

Jangan-jamgan selama ini kita menjadi malas dan tidak kreatif karena semua sudah ada. Kita tidak terbiasa berpikir dan berusaha keras. Mental kita lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan untuk bertahan hidup. Atau, mungkin ada baiknya bila negeri kita punya tantangan layaknya Iran?.

 

Minggu, 22 Juni 2025

Bara di Timur Tengah

 



Perang besar sudah di depan mata. Konflik Israel dengan Iran kini sudah menjadi perang senjata Amerika melawan Iran. Sesuai dengan perkiraan banyak pengamat, Amerika kini telah turun tangan membantu sekutu abadinya, Israel.

Dikutip dari detik.com pada Ahad (22/6/2025); Militer Amerika Serikat (AS) telah melancarkan serangan udara terhadap 3 fasilitas nuklir Iran. Ketiga fasilitas nuklir Iran itu yakni Natanz, Fordow, dan Isfahan yang dibom AS menggunakan pesawat pengebom B-2 membawa bom GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) seberat 30.000 pon dengan daya ledak 6.000 pon.

Menyerang Israel sama dengan menyerang Amerika Serikat. Kita tahu Israel adalah Amerika kecil, dan Amerika adalah Israel besar. Selama ini Amerika selalu menetapkan standar ganda, yang tujuannya adalah melindungi Israel.

Iran jelas ancaman yang berbahaya bagi Israel. Turut sertanya Amerika dalam pertempuran di timur tengah menandakan bahwa Israel tidak mampu menundukkan Iran tanpa bantuan Amerika Serikat. Sementara Iran dengan sikap patriotiknya tidak pernah mengemis bantuan kepada negara tetangga.

Iran seakan berdiri sendirian menentang kekuatan Israel yang dibekingi Amerika. Sementara negara-negara Islam di kawasan timur tengah hanya bisa menonton dan mengeluarkan seruan perdamaian. Bagaimana bisa terwujud perdamaian bila masih ada Zionis di Timur tengah?

 

 

 

Sabtu, 14 Juni 2025

Habis Perang Dagang, Terbitlah Konflik Global

 



Beberapa bulan yang lalu dunia gempar gegara ulah Presiden Trump. Amerika Serikat melalui presiden Trump mengeluarkan kebijakan tarif dagang yang "ugal-ugalan" pada negara-negara yang akan mengekspor barangnya ke USA. Sebenarnya tujuan Trump secara khusus ingin menghentikan sepak terjang China yang dianggap mulai menguasai perdagangan dunia.

Pada awal bulan Juni, ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya mereda. Kedua negara sepakat untuk meredakan tensi perdagangan antara kedua negara. Hal ini terjadi setelah delegasi kedua negara bertemu di London, Inggris, untuk menyepakati sejumlah poin perundingan.

Ketegangan Amerika dan China memang mereda, namun dunia dikejutkan dengan terjadinya kontak senjata dua negara yang selama ini berseteru yakni India dan Pakistan. Kedua negara saling menyerang yang melibatkan kekuatan militer mereka. Konflik senjata antara India dan Pakistan tentu akan membawa efek buruk bagi keamanan global.

Hari ini, kita disuguhkan berita konflik bersenjata. Iran menyerang Israel sebagai balasan tindakan Zionis yang menyerang fasilitas nuklir Iran. Menyerang Israel sebenarnya sama dengan menyerang Amerika. Artinya ada potensi perang senjata yang lebih besar di bumi timur tengah.

Perang Rusia Ukraina sampai saat ini belum selesai meski sudah berjalan selama dua tahun lebih. Sementara itu di belahan dunia lain muncul konflik senjata atau perang-perang baru yang melibatkan kekuatan senjata berat. Apakah ini tanda akan terjadi perang dunia jilid ketiga?

 

Senin, 09 Juni 2025

Trofi di Masa Akhir Karier



Sebelum partai final UEFA Nations League di Munchen Jerman, banyak mata pecinta bola tertuju pada dua sosok yang fenomenal yaitu: Cristiano Ronaldo dan Lamine Yamal. Keduanya mewakili negara masing-masing dalam ambisinya meraih tropi bergengsi benua biru.

Final kali ini seolah menjadi ajang pertarungan dua bintang yang beda kutub. Satu bintang yang sedang surut sinarnya melawan bintang yang mulai terang bersinar. Itu gambaran duel antara Ronaldo di tim Portugal melawan Lamine Yamal di tim Spanyol.

Pada akhirnya Ronaldo masih mengungguli Yamal. Ibarat buah Ronaldo belum membusuk, buktinya ia sukses mengantarkan Portugal meraih juara meski usianya sudah melewati 40 tahun. Ini adalah trofi internasional ketiga yang ia persembahkan untuk Portugal. Selama membela Portugal Ronaldo membantu meraih 3 trofi mayor: Euro 2016, UEFA Nations League 2019, dan 2025.

Faktanya, Ronaldo masih mampu berkontribusi di level tertinggi sepak bola eropa. Ini jelas menjadi bukti sahih jika dia merupakan salah satu pesepakbola terhebat sepanjang sejarah. Kemenangan ini sekaligus mematahkan kritik tajam terhadap Cristiano Ronaldo, yang beberapa kali dituduh menghambat performa Portugal.

Keputusan Roberto Martinez tetap memainkan Ronaldo sebagai starter meski mendapat banyak tekanan kini berbuah manis. Gelar prestisius layak ia dapatkan karena keras kepala mempertahankan Ronaldo di skuad Portugal. Dan dalam perayaan kemenangan kita melihat Martinez berpelukan emosional dengan Ronaldo. Sebuah kepercayaan yang dibayar dengan dedikasi dan totalitas.


Senin, 02 Juni 2025

Final di Munich, Kisah Pilu il Nerazzurri




Pertandingan final UCL (Uefa Champions League) antara Intermilan melawan PSG menjadi partai final yang memilukan bagi raksasa Italia il Nerazzurri, Intermilan. PSG tampil terlalu superior. Tim wakil Perancis tersebut mampu melumat Intermilan dengan skor telak 5:0.

Inter Milan memasuki pertandingan final dengan harapan yang tinggi. Gelar liga champions setidaknya bisa mengobati kegagalan di seri A dan Copa Italia. Namun rupanya permainan Inter kalah cepat, dan seperti kehilangan arah. Sistem permainan Inter tidak mampu mengimbangi kolektivitas serta intensitas serangan PSG.

Kekalahan ini bukan hanya kegagalan masalah strategi pelatih, melainkan sebuah pukulan keras yang amat menyakitkan. Para suporter Intermilan yang hadir di stadion hanya bisa menumpahkan air mata setelah peluit akhir berbunyi, menggambarkan betapa dalam luka yang ditinggalkan oleh kisah final di Munich malam itu.

Entah apa yang terjadi dengan Intermilan dalam partai final di Munich. Tidak terlihat lagi pertahanan yang solid seperti yang selama ini mereka mainkan. Hingga dengan mudahnya PSG membantai mereka dengan gelontoran lima gol tanpa balas. Benar-benar hasil final yang tidak pernah diduga.

Teori juara baru UCL setiap Final di Munich lagi-lagi terjadi. Sudah lima klub menjadi juara baru setiap final dilaksanakan di kandang Bayer Munich. Teori ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menjadikan PSG main begitu percaya diri. Sementara Intermilan juga dibayangi kegagalan juga karena teori final di Munich. Bravo PSG, Don’t cry il Nerazzurri…

 

 


Misi Berat Timnas Indonesia

  Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 babak ke-4 zona Asia akan segera dihelat. Undian babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 su...